Pelaksanaan keputusan Hakim harus menunggu sampai seluruh keputusan mempunyai kekuatan hukumyang pasti, meskipun salah satu pihak (i. c. tergugat asal III) tidak naik banding atau kasasi. Putusan Mahkamah Agung tgl. 3-12-1974 No. 1043 K/Sip/1971. Sumber: Rangkuman Yurisprudensi Mahkamah Agung RI, Cetakan kedua, Mahkamah Agung RI, 1993, hlm. 371. Pelaksanaan Putusan Dicantumkannya dalam amar putusan tentang pelaksanaan putusan dalam waktu 8 hari setelah keputusan memperoleh kekuatan untuk dijalankan adalah tidak perlu, sebab hal itu sudah diatur di dalam Pasal 196.H.I.R. Putusan Mahkamah Agung tgl. 1-3-1969 No. 104 K/Sip/1968. Sumber: Rangkuman Yurisprudensi Mahkamah Agung RI, Cetakan kedua, Mahkamah Agung RI, 1993, hlm. 371. Penjualan Barang di Muka Umum. Sesuai dengan Pasal 200 (9) H.I.R penjualan lelang terhadap barang-barang tidak bergerak cukup dengan diumumkan satu kali. Putusan Mahkamah Agung tgl. 18-11-1975 No. 316 K/Sip/1973. Sumber: Rangkuman Yurisprudensi Mahkamah Agung RI, Cetakan kedua, Mahkamah Agung RI, 1993, hlm. 371. Penjualan Barang di Muka Umum bahwa pelelangan tidak diadakan di tempat barang-barang itu berada, ialah di desa dan kecamatan Semarang, tetapi dialihkan ke Pengadilan Negeri Garut, tidaklah dilarang oleh undang-undang karena pemindahan tempat pelelangan memang dimungkinkan berdasarkan Pasal 20 ayat (2) alinea 6 dari Vendu Reglement S. 1908; 189. Putusan Mahkamah Agung tgl. 18-11-1975 No. 316 K/Sip/1973. Sumber: Rangkuman Yurisprudensi Mahkamah Agung RI, Cetakan kedua, Mahkamah Agung RI, 1993, hlm. 372. Perlawanan terhadap Eksekusi Perkara ini merupakan perkara bantahan terhadap eksekusi perkara No. 91. a/Pdt/SG/1964, maka yang harus diperiksa hanyalah eksekusinya saja dan bukan materi pokoknya. Putusan Mahkamah Agung tgl. 1-8-1973 No. 1038 K/Sip/1973. Sumber: Rangkuman Yurisprudensi Mahkamah Agung RI, Cetakan kedua, Mahkamah Agung RI, 1993, hlm. 372. Perlawanan terhadap Eksekusi Bantahan yang diajukan untuk kedua kalinya yang pada waktu itu bantahan yang pertama masih dalam taraf banding, harus dinyatakan tidak dapat diterima, bukannya ditolak. Putusan Mahkamah Agung tgl. 1 0-?-197 5 No. 125 K/Sip/1973. Sumber: Rangkuman Yurisprudensi Mahkamah Agung RI, Cetakan kedua, Mahkamah Agung RI, 1993, hlm. 372. Perlawanan terhadap Eksekusi Dengan mengabulkan bantahan yang diajukan pada tgl. 26-11-1964 atas eksekusi yang telah berlangsung pada tgl. 21-5-1960 judex facti telah menempuh cara yang salah, sebab eksekusi telah berlangsung, atau sebenarnya eksekusi semu, karena barang sengketa dari semula telah dikuasai pihak yang berwenang; seharusnya pembantah mengajukan gugatan biasa/baru. Putusan Mahkamah Agung tgl. 19-2-1976 No. 954 K/Sip/1973. Sumber: Rangkuman Yurisprudensi Mahkamah Agung RI, Cetakan kedua, Mahkamah Agung RI, 1993, hlm. 372. Pelaksanaan Lebih Dahulu Suatu pengakuan yang dibuat seseorang di muka Tim Pemeriksa Bank bukanlah suatu authentieke titel termaksud dalam Pasal 191 RBg. sehingga tidak dapat dipakai sebagai dasar untuk memerintahkan pelaksanaan lebih dahulu putusan yang bersangkutan. Putusan Mahkamah Agung tgl. 14-6-1973 No. 209 K/Sip/1973. Sumber: Rangkuman Yurisprudensi Mahkamah Agung RI, Cetakan kedua, Mahkamah Agung RI, 1993, hlm. 372. Pelaksanaan Lebih Dahulu. Pembeli dalam lelang executie harus dilindungi; apabila telah terjadi executie bij voorraad, sedang putusan Pengadilan yang bersangkutan kemudian dibatalkan, jalan yang dapat ditempuh untuk mengembalikan keadaan semula adalah penuntutan terhadap barang-barang jaminan yang diserahkan oleh executant pada waktu mengajukan pennohonan executie. Putusan Mahkamah Agung No. 323 K/Sip/1968. Sumber: Rangkuman Yurisprudensi Mahkamah Agung RI, Cetakan kedua, Mahkamah Agung RI, 1993, hlm. 373. Pelaksanaan Putusan terhadap Pihak Ketiga Suatu putusan hanya dapat dilaksanakan terhadap orang yang bukan pihak, bila orang ini dapat dipandang sebagai "yang memperoleh hak" (rechtverkrijgende). Putusan Mahkamah Agung tgl. 11-4-1956 No. 85 K/Sip/1956. Sumber: Rangkuman Yurisprudensi Mahkamah Agung RI, Cetakan kedua, Mahkamah Agung RI, 1993, hlm. 373. Eksekusi Putusan-Putusan Panitia Pemulihan Hak Pengadilan Negeri menurut hukum juga diwajibkan untuk memberikan. perantaraannya dalam pelaksanaan keputusan-keputusan yang bukan hasil pemeriksaannya sendiri. (i. c. Putusan dari Panitia untuk Pemulihan Hak dan dari Panitia Sewa Bangunan di Cirebon). Putusan MahkamahAgung tgl. 6-8-1957 No. 83 K/Sip/1955. Sumber: Rangkuman Yurisprudensi Mahkamah Agung RI, Cetakan kedua, Mahkamah Agung RI, 1993, hlm. 373. Penyanderaan (Gijzeling) Hakim pertama salah menerapkan hukum: Penyanderaan (gijzeling) menurut H.I.R./RBg. hanya dapat dilaksanakan terhadap debitor yang sudah tidak mempunyai barang lagi. Hal ini berarti ditujukan pada orang yang miskin dan membuka kemungkinan untuk merampas kebebasan bergerak seorang yang miskin demi kepentingan "een civielrechtelijk persoon". Pemerintah Hindia Belanda dulu menghapuskan lembaga"pandelingschap" dalam hukum adat karena dianggap bertentangan dengan perikemanusiaan dan martabat manusia yang beradab. sedangkan dalam pandelingschap kebebasan bergerak masih ada. Di samping itu Hakim dalam menjalankan keputusan harus mengindahkan perikemanusiaan dan perikeadilan, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 33 (4) UU tentang Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman No. 14 Tahun 1970 sedangkan suatu pelaksanaan keputusan Pengadilan dengan mempergunakan pasal-pasal tentang gijzeling (RI.D. Pasal 209 dst.) akan menyimpang dari ketentuan tersebut di atas. Putusan Mahkamah Agung tgl. 28-1-1975 No. 961 K/Sip/1974. Sumber: Rangkuman Yurisprudensi Mahkamah Agung RI, Cetakan kedua, Mahkamah Agung RI, 1993, hlm. 373-374.Labels: yurisprudensi |
Post a Comment
agar blog ini lebih baik, kasi komentar ya